Sejarah terbentuknya Desa Kopang Rembiga didasarkan pada cerita atau penuturan secara turun temurun dari tetua desa. Menurut cerita para tetua desa bahwa Desa Kopang Rembiga adalah termasuk Desa asli yang sudah ada sejak zaman pemerintahan Bali (Karang asem) berkuasa di Lombok sekitar tahun 1808 dimana Kopang termasuk wilayah kekuasaannya.
Sebagaimana diketahui sekarang bahwa nama Desa Kopang Rembiga terdiri dari dua kata yaitu “KOPANG” dan “ REMBIGA”. Kata KOPANG konon berasal dari nama sejenis kayu hutan yang banyak dijumpai di lokasi pemukiman yang namanya Kayu KOPANG, sedangkan REMBIGA berasal dari nama tempat / daerah di Lombok Barat. Mengapa kata REMBIGA diambil sebagai sambungan dari kata KOPANG ? Untuk lebih jelasnya maka kami uraikan sesuai dengan penuturan yang kami terima dari para tetua desa sebagai berikut.
Pada saat orang – orang tua dahulu membuka hutan untuk dijadikan tempat pemukiman yang baru maka di tempat ini banyak dijumpai kayu yang namanya KAYU KOPANG sedangkan pemukiman yang lama belum dapat dipastikan dimana letaknya. Oleh orang – orang tua dulu yang membuka hutan tersebut memberi nama tempat pemukiman yang baru ini KOPANG untuk mengingatkan bahwa di tempat ini dulunya adalah hutan KAYU KOPANG. Setelah pemukiman baru ini berkembang yang disertai dengan penduduk yang makin bertambah, maka oleh penguasa pada waktu itu masyarakat di wilayah Kopang dulu dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang masing – masing kelompok masyarakat dipimpin oleh seorang ketua kelompok yang lazim disebut PEKANGGO / PEMEKEL yang berfungsi sebagai pembina masyarakat / kaule di wilayah kelompok masing-masing.
Adapun nama – nama Pekanggo serta wilayah pembinaannya masing – masing adalah sebagai berikut:
NO |
NAMA PEKANGGO |
WILAYAH |
1 |
JERO SEMA’IN |
Enjer,Canding,Pemantek,Rindik,dan Selebung |
2 |
JERO MUSTIASIH |
Pendem,Dasan Baru,Pengentut dan Kerembong |
3 |
JERO DARMAJA |
Bajok, Karang Tengak dan Lombas |
4 |
JERO SULAM |
Bore,Berinding,Gonjong dan Lingkok Bue |
5 |
JERO OKON |
Ngorok, Lauq Rurung dan Kopang |
6 |
JERO GEMPON |
Pendagi,Lamban dan Medape |
Untuk memudahkan hubungan Pemerintahan antara Raja (Anak Agung) dengan Pekanggo, maka dibentuklah perwakilan yang bertempat tinggal di wilayah Rembiga Lombok Barat karena Pusat Pemerintahan Anak Agung pada waktu itu berada di Cakra Negara dan Mataram. Adapaun yang menjadi perwakilan pada waktu itu kurang jelas.
Selanjutnya dituturkan bahwa Perwakilan ini dilengkapi dengan prajurit sebagai pengawal keamanan yang disebut Batu Bata (Gegeseng) yang merupakan hasil seleksi dari pada Pekanggo, terutama mereka yang dianggap ampuh/Teguh (Kebal dan Tangkas), para Prajurit ini kebanyakan berasal dari Berinding (Pengkores), Lombas, Kopang dan Ngorok, sebagai rakyat / kaule yang terjajah kian hari kian terasa tertekan oleh si Penguasa ditambah pula perbedaan agama antara Penguasa dan Rakyat/Kaule yang sangat kental, akhirnya terjadilah pemberontakan (Congah) yang dipimpin oleh Pekanggo terhadap pemerintahan Anak Agung. Sebelum melakukan pemberontakan terlebih dahulu dipersiapkan wilayah Perwakilan Rembiga sebagai benteng pertahanan oleh para Pekanggo dan ketua Perwakilan.
Perbandingan kekuatan antara prajurit Anak Agung dan Prajurit Pekanggo jauh berbeda terutama peralatan perang sehingga pemberontak yang dilancarkan oleh Rakyat / Kaule dibawah pimpinan Pekanggo dapat dipatahkan, dan wilayah Rembiga yang tadinya sebagai daerah pertahanan beralih status menjadi daerah Penahanan (Bui) bagi para pemberontak, Sedangkan para prajurit Pekanggo yang dapat meloloskan diri menyebar kewilayah bagian timur untuk mencari perlindungan yaitu dikarang Baru Mataram dan Linsar Narmada. Sedangkan mereka yang tidak dapat lolos tetap tinggal di Rembiga (Yang berasal dari Kopang dan Ngorok), dan mereka menetap selamanya disana sehingga anak cucu ( Keturunannya ) masih ada sampai sekarang dan memiliki hubungan keluarga yang sangat dekat dengan masyarakat Pengkores, Bora ( Berinding ) dan Lombas, bagi yang tinggal di Karang Baru dan yang dirembiga masih punya hubungan keluarga yang dekat dengan keluarga yang tinggal di Kopang ( Barat Masjid, Gubuk Alang dan Ngorok ) ini merupakan salah satu bukti sejarah yang sangat kuat untuk dapat dijadikan petunjuk tentang bagaiman asal usul terbentukknya Nama Desa Kopang Rembiga.
Jadi dengan terjadinya tiga kali perubahan setatus dari wilayah Rembiga dan Wilayah Perwakilan kemudian berubah menjadi Daerah Pertahanan dan terakhir menjadi daerah Penahanan bagi rakyat Kopang, maka untuk dapat selalu dikenang maka diabadikan sebagai nama tambahan dari Desa Kopang menjadi DESA KOPANG REMBIGA. Sebagai tambahan yang dapat memperkuat uraian di atas konon di Rembiga ada sebuah sumur namanya sumur Kopang (Lingkok Kopang) dan antara Lingsar,Karang Baru masih memiliki hubungan keluarga dengan Pengkores (Berinding), Lombas (Montong Rangah).
Setelah congah dapat dipatahkan Pekanggo tidak tinggal diam namun mundur mengatur siasat, kemudian salah seorang pemimpin Desa JERO MUSTIAJI berinisiatif untuk minta bantuan Belanda ke Singaraja guna menumpas Pemerintahan Anak Agung hingga bertekuk lutut dan akhirnya Pemerintahan Belanda mulai menguasai Lombok.
Pada waktu Pemerintahan Belanda di Lombok, Sistem dan status Pemerintahan berubah yaitu wilayah kekuasaan Pekanggo yang berdekatan disatukan menjadi menjadi satu yang kemudian disebut Desa dengan pimpinan seorang kepala Desa dan sebagai Koordinator Desa disebut Distrik yang pertamakali dijabat oleh MAMIQ WIRARAJA
Sedangkan yang menjabat pertamakali sebagai Kepala desa Kopang Rembiga adalah MAMIQ BAJA alias JERO BAJA kemudian diganti oleh LALU KAMAR alias MAMIQ SUTAWANG sampai berakhirnya Pemerintahan Belanda.
Demikian sejarah singkat terbentuknya Desa Kopang Rembiga ini,yang sudah tentu banyak kekurangannya karena tidak ada bukti tertulis sebagai mana yang kami jelaskan sejak awal uraian ini, semua itu kami peroleh dari penuturan secara turun temurun daripada Tetua desa yang diceritakan kepada setiap generasi,yang kemudian penuturan ini kami peroleh kembali dari para Tetua Desa yang salah satunya masih hidup saat ini.
Adapun Tetua desa yang menjadi sumber penuturan yang telah kami wawancarai dari yang penuturannya satu sama lain saling mendekati yaitu :
Kelima beliau ini menuturkan hal yang sama berdasarkan apa yang pernah diceritakan Tetua Desa terdahulunya .